Hanya ingin memberi sebuah karya

Aku tersadar jarak ini terlampau jauh bila kini baru ku sadari

Mungkin hanya sebagai maaf ku

Jika aku bersamamu saat ini

Karna aku tahu dirimu begitu indah

Tak bisa aku berada disini selamanya

Kisah kita tlah usai

Berakhir dengan tangisku yang menyakitimu

Kisah yang membawa dalam kerinduan, juga perpecahan

Tak terpikir sejauh ini keinginanmu

Ku harap tak terulang kembali dalam waktuku

Hari itulah cukup aku menyakitimu

Bukan maksudku melakukan semua itu

Tak bisa juga kukatakan aku saying padamu

Karna itu tak mungkin

Dan hanya membuat kita terbebani

Kuharap itu kan membuatmu lebih mengerti

Tegar menghadapi jalan didepanmu

Aku merasakan berat meninggalkanmu, tapi tak mungkin kita bersama

Aku yakin dirimu lebih kuat jika diterpa ombak dalam lautan

Dab itu tidak terjadi padaku

Aku telah hanyut, dan kini tinggallah kerapuhan

Aku tak tahu apakah semua kembali seperti dulu

Apakah dirimu untukku, ataukah dirimu untuknya

Aku sadar semua titipanNya

Dan itulah yang membuatku menjaga jarak

Walau perasaan ini tak seperti dulu yang dingin

Dingin terhadap perlakuan baikmu

Mungkin kini aku merasakan kesendirian yang amat sangat

Hingga aku mudah tergoyah

Aku berharap padaNya

Jika memang benar, segera Dia dekatkan

Jika itu salah, maka aku yakin Dia memberiku yang terbaik

Aku tak ingin munafik jika aku mengatakan aku tak sayang padamu

Karna hati ini masih bimbang

Ragu untuk memutuskan

Apakah kamu akan kembali menanyakannya padaku?

Ataukah kamu tujukan untuk orang lain?

Itulah inginmu dulu, dan inginku saat ini

Biarlah semua jauh jika belum waktunya

Ijinkan aku meraih cita2ku dan memperbaiki diriku

Kuharap kita bertemu dalam kesuksesan dan taqwa diri

Dalam dekapan ukhuwah dan lindungan serta ridhoNya

Untuk orang yang sudah menghargaiku,,thank’s a lot

Semua Adalah Pilihan Terbaik-Nya Untukku

Saat aku memandang jauh kelangit, kulihat hitamnya malam ini. Saat gelap, hingga terbesit dalam pikiranku apakah hitam ini hanya anganku? Saat ini aku duduk dibangku kuliah, merasakan hal yang berbeda dengan saat SMA dulu. Semua seakan berubah, tapi aku kembali bertanya apakah hanya hati ini yang merasa? Adakah orang lain yang juga merasakan hal sepeti ini? Aku mencoba berbicara dengan hatiku, terus kutelusuri tanpa putus asa. Ntah kapan aku menemukan jawaban atas kegundahanku.

Bahkan sempat terbesit dibenakku, kenapa tak bersama saja dengan sahabat2 ku dulu? Aku berharap itu terwujud, tapi pasti mustahil jika aku tak mengharapkan perpisahan. Karena kita tahu bahwa setiap pertemuan pasti kan ada ujung perpisahannya. Selama hampir setahun ini, aku berusaha membuat hati ini cocok dengan temanku seperkuliahan, bahkan dengan kakak tingkat. Kuharap itu kan membuat diriku membaik, pikirku.

Dan, sampai pada suatu saat aku bertemu dengan seorang wanita yang bisa membuatku merasa berarti. Umi Samara, terimakasih banyak. Tak semua seperti mu, bisa dilihat bahwa hanya umi lah yang membuatku merasa berguna. Umi percaya padaku, mengajak aku untuk ikut berpikir. Aku terharu, mungkin inilah ganjalan pikiranku selama aku berada di bangku kuliah. Ku harap ini bisa membaik, dengan kita saling percaya. Umi, bantu aku. Jika aku boleh bercerita, sebenarnya banyak sekali yang aku ingin ungkapkan. Tapi tak mungkin, karena aku sadar bahwa kata umi sofie aku harus lebih dewasa sehingga dalam setiap masalahku aku harus bisa mengatasi dan harus cepat beradaptasi dengan lingkungan.

Ternyata, Allah tak pernah melupakan hambaNya. Kini aku telah menemukan seorang yang bisa aku andalkan. Sehingga aku tak kan berpikir bahwa ini tak adil. Dan memang seharusnya waktu berputar hingga kita menemui ajal. Semoga tulisan ini menjadikan hatiku lebih ikhlas dengan kehidupanku saat ini. Wallahu alam.